SUARA MARHAEN

bUrung-BuRuNg Twit-Twit-Twit

Sunday, September 27, 2009

ABDILLAH SM - POJOK - MAAF CAKAP - wasiat

wASiaT


Kemiskinan bagiku membawa konotasi tidak punya pada tahap nol. Demikian maka ia meliputi setiap aspek kehidupan dari sebesar masalah kebendaan hingga kepada perkara yang tidak mudah orang lain lihat dan maklum tentang kita.


Dalam konteks ini tidak terkecuali masalah emosi dan kasih sayang. Pada situasi damba segala yang tidak kecukupan atau tidak kecapaian inilah aku sering teringat pesan bonda almarhum: Walau bagaimana miskin hidup ini Tih (singkat bagi nama timangan ‘Putih’ yang akrab pada almarhum) jangan sekali-kali kamu tergadai maruah!


Menilai keadaan diri dan kemelut yang kuhadapi sekarang dengan segala masalah emosi sebesar ini apakah dapat aku penuhi amanat bonda? Ampun aku bonda. Telah banyak kali padanya anakanda tergelincir. Sedang ingin dan nafsu semakin tidak terjaring dengan kemas walaupun kini usia anakanda sudah melebihi setengah abad.


Nafsulah yang paling sukar kukendalikan.


Tiap kali tiba goda dan pancingan, aku cuma punya tempat sandaran pada zikir dan doa. Inginku gapai setiap hasrat yang membara tanpa terpaksa menggadaikan maruah. Namun setakat ini setiap punca simpati mendapatkannya semakin jauh dari gapaian. Hanya doa jadi gantungan harap dan harapan.


Akulah Abdullah, miskin segala kecuali cinta kasih dan sayang yang melimpah.


2 comments:

setiakasih said...

kita serupa... namun aku rasa aku masih bergelut dengannya.

Abdillah SM said...

syukran. boleh tukar-tukar cerita. bergelut itu perkara biasa tapi mesti pandai bersilat. teringat aku kata-kata siti zainon (penyair/pelukis tersohor malaysia) padaku suatu ketika di pertemuan pengucapan puisi dunia: dil, kau sudah pandai bersilat sekarang ya!

Bersilat? ampun-ampun.

Salam