assalam, bumiku
bumi adaku
bukan ada
kerana
adamu
kerana
adanya kata
memaknakan
wujud
antara mafhum
erti kejadian
bumi tumpat padat dosa
rekah melahar
kerana mu bumi aku tercabul
buah ranum di taman
tersilap hisab
wajar insaf
menginsafi.
11 januari 2008
kuching
2 comments:
Sajak-Sajak: Matroni el-Moezany*
Jauh
dijauh sana
berkelana dijahitan airmata
menutup segala semesta
mengarungi jalan rasa
waktu dalam tepi
hingga tenggelam ke dasar malam
sepi kosong
Yogyakarta, 2008
Tepi Senja
tepi senja tak ada
selain barah
resah
jauh lepas
Yang lewat udara
rasa
muka
Aku terus berdiam meratap kelepasan
menghias sejarah
tak mengerti
apakah dosa atau cahaya
yang tak diinginkan pergi
hingga aku ragu pada tuhan
Aku Tak Mengerti, bagaimana?
Yogyakarta, 2008
Diam
kuberdiam
dengan pisau jiwa
dengan kata cakrawala
dengan senyum mata
dengan rumpun bahasa
mencari arti dasar
yang mungkin lekat pada batu-batu
Yogyakarta, 2008
Lepas
aku ingin lepas
dari ruangmu
tak berkata
pada diri
Terimah kasih
kau resahkan selama ini
Selama terselip
diam, aku tahu itu
kata yang menyimpan
untuk kau sampaikan
Kejujuran adalah puisi
diam adalah kesunyian
Pastilah mengerti
yang lembut bagai malam?
terimah kasih kau tahu malamku!
Yogyakarta, 2008
Semesta
menuju bulan pertama
langit menjerit muntah-muntah
menjanjikan satu singgah
Bis terisi beribu dendam
bangsa yang diam
langit suram, tiada sosok merayu
kudengar satu puisi,
untuk seluruh hidupmu
air mengalir, darah anyir
akhirnya air…air… air…melarutkan semua
melahirkan kezaliman
kau malu menemui rindu
yang dirahim batu
Kutegaskan senangis jerit
waktu larut dalam Satu
cakrawala senja menjadi saja
semesta satu, menangis satu
menjadi aku yang satu
Yogyakarta, 2007
*Penulis kelahiran Sumenep 03 Maret 1985,
HP; 081703775741
Salam Roni,
Terima kasih kerana puisi-puisi pencerahan itu.
Abdillah SM
Post a Comment